Ketika aku tiba di Troas untuk memberitakan Injil Kristus, aku dapati, bahwa Tuhan telah membuka jalan untuk pekerjaan di sana.
Tetapi hatiku tidak merasa tenang, karena aku tidak menjumpai saudaraku Titus. Sebab itu aku minta diri dan berangkat ke Makedonia. (2 Korintus 2:12-13)
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. (Matius 5:9)
Aku mempunyai dua orang sahabat dekat, joe dan cika. Dalam persahabatan itu, aku dapat merasakan pengaruh yang berbeda dari mereka. Jika joe datang, suasana sering "memanas" karena biasanya ia akan datang dengan berita-berita yang membuat hati panas. Ia suka menceritakan keburukan dan kelemahan orang lain dari sisi pandangnya yang hampir negatif. Beberapa kali dia menyampaikan pandangan negatif tentang aku, dan aku tidak yakin betul berita itu 100% benar. Tatkala aku memberikan respon berupa emosi yang negatif terhadap satu berita, wajah joe terlihat senang. Beberapa kali aku menegur joe, namun sepertiny asulit baginya untuk lepas dari karakter yang tidak baik itu. Cika mempunyai kebiasaan yang bertolak belakang dengan joe. Cika cakap memberi kata-kata sejuk yang mengalir dalam kelembutan, kendati aku berada dalam kondisi yang meluap. Cika selalu berusaha menciptakan suasana damai dengan nasihat singkatnya yang ampuh, "Ya, sudahlah mungkin dia tidak sengaja," atau "Barangkali ia tidak bermaksud seperti itu." Orang percaya seharusnya selalu menciptakan suasana yang damai.
Titus punya karunia menasihati, ia adalah seorang konselor, "peace maker" yang handal. Ketika Titus diutus ke korintus dimana emosi jemaat sedang bergejolak karena nasihat dan kecaman paulus yang disampaikannya melalui surat, dengan pertolongan Roh Kudus dan kepiawaiannya sebagai seorang konselor, Titus mampu membuat orang-orang yang disana menerima isi surat dengan lapang dada. Bahkan, mereka yang bersalah menyesali perbuatan mereka dan bertobat. Ketika Paulus bertemu Titus di Makedonia, dia pernah dengan sukacita karena anak rohaninya itu membawa kabar baik dari Korintus. Titus adalah anak rohani Paulus yang yang bisa diandalkan untuk sebuah perdamaian. " Bahkan ketika kami tiba di Makedonia, kami tidak beroleh ketenangan bagi tubuh kami. Di mana-mana kami mengalami kesusahan: dari luar pertengkaran dan dari dalam ketakutan. Tetapi Allah, yang menghiburkan orang yang rendah hati, telah menghiburkan kami dengan kedatangan Titus. (2 KOR 7:5-6). W.D.Thomas berkata, " Kita dapat beranggapann bahwa tanpa melemahkan kecaman Paulus, Titus berargumen dengan terampil dan bijaksana di hadapan orang-orang Korintus." Oleh kasih Tuhan yang ada didalam Paulus dan Titus, orang percaya di Korintus telah memperlihatkan kemajuan dalam hal ketaatan dan ketertiban hidup mereka.
Kasih Kristus akan memampukan kita menjadi pembawa damai dimanapun kita berada. Ketika orang yang jatuh dalam dosa sedang dalam tekanan besar dari berbagai pihak, seharusnya kita hadir dengan pola pandang Kristus yang selalu mengasihi orang berdosa. Kita tidak ikut-ikutan menghakimi dia dengan kemarahan yang meluap-luap, ttapi dengan perkataan benar yang lembut, yang membawanya kepada pertobatan, seperti yang dilakukan Kristus terhadap perempuan yang kedapatan berzinah, di dalam (Yoh 8:2-11) " Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?" Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?". Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
AMIN
DOA
Tuhan, oleh kasihMu jadikan kami konselor yang menciptakan damai dan pertobatan dimanapun kami berada. Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa amin.
KEDAMAIAN TIDAK TERCIPTA DENGAN SENDIRINYA, HARUS DIUSAHAKAN DENGAN MEMBAWA DAMAI KRISTUS.
Sumber: Manna Sorgawi